27 September 2017

Smilling

Mungkin cerita ini pernah kita baca ;

Ulangan.... Ini adalah kisah dari milis warga Indonesia yg bermukim atau pernah bermukim di Jerman.

*Layak untuk dibaca beberapa menit, dan direnungkan seumur hidup.*

Saya adalah ibu dari tiga orang anak dan baru saja menyelesaikan kuliah saya.

Kelas terakhir yang harus saya ambil adalah Sosiologi.Tugas terakhir dosen yang diberikan kepada siswanya diberi nama *"Smiling."*

Seluruh siswa diminta untuk memberikan senyumnya kepada tiga orang asing yang ditemuinya dan mendokumentasikan reaksi mereka.

Setelah itu setiap siswa diminta untuk mempresentasikan didepan kelas. Saya adalah seorang yg mudah bersahabat dan selalu tersenyum pada setiap orang. Jadi, saya pikir, tugas ini sangatlah mudah.

Setelah menerima tugas tsb, saya bergegas menemui suami san anak bungsu saya yang menunggu di taman kampus, lalu pergi ke restoran Mc Donald yg berada di kampus.

Pagi itu udaranya sangat dingin dan kering. Sewaktu suami saya akan masuk dalam antrian, saya minta agar dia saja yang menemani si Bungsu sambil mencari tempat duduk dan saya ikut antrian.

Ketika saya sedang dalam antrian, mendadak setiap orang di sekitar kami bergerak menyingkir, dan bahkan orang yang semula antri dibelakang saya ikut menyingkir keluar dari antrian.

Perasaan panik menguasai diri saya, ketika melihat mengapa mereka semua menyingkir ?
Saat berbalik, saya membaui suatu "bau badan kotor" yang cukup menyengat, ternyata tepat di belakang saya berdiri dua orang lelaki tunawisma yang sangat dekil. Saya bingung, dan tidak mampu bergerak sama sekali.

Ketika saya menunduk, tanpa sengaja mata saya menatap laki-laki yang lebih pendek, dan ia sedang "tersenyum" kearah saya.
Lelaki ini bermata biru, sorot matanya tajam, tapi juga memancarkan kasih sayang. Ia menatap kearah saya, seolah ia meminta agar saya dapat menerima 'kehadirannya' ditempat itu.

Ia menyapa "Good day !" sambil tetap tersenyum. Secara spontan saya membalas senyumnya, dan seketika teringat oleh saya 'tugas' yang diberikan oleh dosen saya.

Lelaki kedua sedang memainkan tangannya dengan gerakan aneh berdiri di belakang temannya.
Saya segera menyadari bahwa lelaki kedua itu menderita defisiensi mental, dan lelaki dengan mata biru itu adalah "penolong"nya.

Saya merasa sangat prihatin setelah mengetahui bahwa ternyata dalam antrian itu kini hanya tinggal saya bersama mereka, dan kami bertiga tiba2 saja sudah sampai didepan counter.
Ketika wanita muda di counter menanyakan kepada saya apa yang ingin saya pesan, saya persilahkan kedua lelaki ini untuk memesan duluan.

Lelaki bermata biru segera memesan "Kopi saja, satu cangkir Nona."
Ternyata dari koin yang dia pegang hanya itulah yang mampu dibeli oleh mereka. (Aturan di restoran di Jerman, jika ingin duduk di dalam restoran n menghangatkan tubuh, maka orang harus membeli sesuatu).

Dan tampaknya kedua orang ini hanya ingin menghangatkan badan.
Tiba2 saja saya diserang oleh rasa iba yang membuat saya sempat terpaku beberapa saat, sambil mata saya mengikuti langkah mereka mencari tempat duduk yg terpisah dari tamu2 lainnya, yang hampir semuanya sedang mengamati mereka.

Pada saat yang bersamaan, saya baru menyadari bahwa saat itu semua mata di restoran itu juga sedang tertuju ke diri saya, dan pasti juga melihat semua 'tindakan' saya.
Saya baru tersadar setelah petugas di counter itu menyapa saya untuk ketiga kalinya menanyakan apa yang ingin saya pesan ?

Saya tersenyum dan minta diberikan dua paket makan pagi (diluar pesanan saya) dalam nampan terpisah.
Setelah membayar semua pesanan, saya minta bantuan petugas lain yang ada di counter itu untuk mengantarkan nampan pesanan saya ke meja/tempat duduk suami dan anak saya.

Sementara saya membawa nampan lainnya berjalan melingkari sudut kearah meja yang telah dipilih kedua lelaki itu untuk beristirahat.
Saya letakkan nampan berisi makanan itu di atas mejanya, dan meletakkan tangan saya di atas punggung telapak tangan dingin lelaki bemata biru itu, sambil saya berucap "makanan ini telah saya pesan untuk kalian berdua."

Kembali mata biru itu menatap dalam ke arah saya, kini mata itu mulai basah ber-kaca2 dan dia hanya mampu berkata "Terima kasih banyak, nyonya."
Saya mencoba tetap menguasai diri saya, sambil menepuk bahunya saya berkata "Sesungguhnya bukan saya yang melakukan ini untuk kalian, Allah juga berada di sekitar sini dan telah membisikkan sesuatu ketelinga saya untuk menyampaikan makanan ini kepada kalian."

Mendengar ucapan saya, si Mata Biru tidak kuasa menahan haru dan memeluk lelaki kedua sambil terisak-isak. Saat itu ingin sekali saya merengkuh kedua lelaki itu.
Saya sudah tidak dapat menahan tangis ketika saya berjalan meninggalkan mereka dan bergabung dengan suami dan anak saya, yang tidak jauh dari tempat duduk mereka.

Ketika saya duduk suami saya mencoba meredakan tangis saya sambil tersenyum dan berkata *"Sekarang saya tahu, kenapa Tuhan mengirimkan dirimu menjadi istriku, yang pasti, untuk memberikan 'keteduhan' bagi diriku dan anak-2ku !"*

Kami saling berpegangan tangan beberapa saat dan saat itu kami benar2 bersyukur dan menyadari, bahwa hanya karena 'bisikanNYA' lah kami telah mampu memanfaatkan 'kesempatan' untuk dapat berbuat sesuatu bagi orang lain yang sedang sangat membutuhkan.

Ketika kami sedang menyantap makanan, dimulai dari tamu yang akan meninggalkan restoran dan disusul oleh beberapa tamu lainnya, mereka satu persatu menghampiri meja kami, untuk sekedar ingin 'berjabat tangan' dengan kami.

Salah satu diantaranya, seorang bapak, memegangi tangan saya, dan berucap *"Tanganmu ini telah memberikan pelajaran yang mahal bagi kami semua yang berada disini, jika suatu saat saya diberi kesempatan olehNYA, saya akan lakukan seperti yang telah kamu contohkan tadi kepada kami."*

Saya hanya bisa berucap "terimakasih" sambil tersenyum. Sebelum beranjak meninggalkan restoran saya sempatkan untuk melihat kearah kedua lelaki itu, dan seolah ada 'magnit' yang menghubungkan bathin kami, mereka langsung menoleh kearah kami sambil tersenyum, lalu melambai-2kan tangannya kearah kami.

Dalam perjalanan pulang saya merenungkan kembali apa yang telah saya lakukan terhadap kedua orang tunawisma tadi, itu benar2 'tindakan' yang tidak pernah terpikir oleh saya. Pengalaman hari itu menunjukkan kepada saya betapa 'kasih sayang' Allah itu sangat HANGAT dan INDAH sekali!
Saya kembali ke college, pada hari terakhir kuliah dengan 'cerita' ini ditangan saya. Saya menyerahkan 'paper' saya kepada dosen saya.

Dan keesokan harinya, sebelum memulai kuliahnya saya dipanggil dosen saya ke depan kelas, ia melihat kepada saya dan berkata, "Bolehkah saya membagikan ceritamu ini kepada yang lain ?" dengan senang hati saya mengiyakan.

Ketika akan memulai kuliahnya dia meminta perhatian dari kelas untuk membacakan paper saya. Ia mulai membaca, para siswapun mendengarkan dengan seksama cerita sang dosen, dan ruangan kuliah menjadi sunyi.

Dengan cara dan gaya yang dimiliki sang dosen dalam membawakan ceritanya, membuat para siswa yang hadir di ruang kuliah itu seolah ikut melihat bagaimana sesungguhnya kejadian itu berlangsung, sehingga para siswi yang duduk di deretan belakang didekat saya diantaranya datang memeluk saya untuk mengungkapkan perasaan harunya.

Diakhir pembacaan paper tersebut, sang dosen sengaja menutup ceritanya dengan mengutip salah satu kalimat yang saya tulis diakhir paper saya.

*"Tersenyumlah dengan 'HATImu', dan kau akan mengetahui betapa 'dahsyat' dampak yang ditimbulkan oleh senyummu itu."*

Dengan caraNYA sendiri, Allah telah 'menggunakan' diri saya untuk menyentuh orang-orang yang ada di sekitar suamiku, anakku, guruku, dan setiap siswa yang menghadiri kuliah di malam terakhir saya sebagai mahasiswi.

Saya lulus dengan 1 pelajaran terbesar yang tidak pernah saya dapatkan di bangku kuliah manapun, yaitu: *"PENERIMAAN TANPA SYARAT."*

Banyak cerita tentang kasih sayang yang ditulis untuk bisa diresapi oleh para pembacanya, namun bagi siapa saja yang sempat membaca dan memaknai cerita ini diharapkan dapat mengambil pelajaran bagaimana cara :

*Mencintai Sesama Dengan Memanfaatkan Sedikit Harta Benda Yang Kita Miliki, Dan Bukannya Mencintai Harta Benda Yang Bukan Milik Kita, Dengan Memanfaatkan Sesama.*
Jika anda berpikir bahwa cerita ini telah menyentuh hati anda, teruskan cerita ini kepada orang2 terdekat anda.

Disini ada 'malaikat' yang akan menyertai anda, agar setidaknya orang yang membaca cerita ini akan tergerak hatinya untuk bisa berbuat sesuatu (sekecil apapun) bagi sesama yang sedang membutuhkan uluran tangannya.

Orang bijak mengatakan : *Banyak orang yang datang dan pergi dari kehidupanmu, tetapi hanya 'sahabat yang bijak' yang akan meninggalkan Jejak di dalam hatimu.*

Untuk berinteraksi dengan dirimu, gunakan nalarmu. Tetapi untuk berinteraksi dengan orang lain, gunakan hatimu...

Sumber : https://www.facebook.com/vitabumin/posts/367307336780877



Inspirasi

Bob Sadino (1933-2015)

Luar biasa!!

Ini sangat menginspirasi…

Semoga bisa menjadi  *inspirasi* juga bagi Pembaca WA ini!

*** Membawa selusin bodyguard bukan jaminan keamanan. Tapi rendah hati, ramah, dan tidak mencari musuh, itulah kunci keamanan.

*** Obat dan vitamin bukan jaminan hidup sehat. Jaga ucapan, jaga hati, istirahat cukup, makan dengan gizi seimbang dan olahraga yang teratur, itulah kunci hidup sehat.

*** Rumah mewah bukan jaminan keluarga bahagia. Saling mengasihi, menghormati, dan memaafkan, itulah kunci keluarga bahagia.

*** Gaji tinggi bukan jaminan kepuasan hidup. Bersyukur, berbagi, dan saling menyayangi, itulah kunci kepuasan hidup.

*** Kaya raya bukan jaminan hidup terhormat. Tapi jujur, sopan, murah hati, dan menghargai sesama, itulah kunci hidup terhormat.

*** Hidup berfoya-foya bukan jaminan banyak sahabat. Tapi setia kawan, bijaksana, mau menghargai, menerima teman apa adanya dan suka menolong, itulah kunci banyak sahabat.

*** Kosmetik bukan jaminan kecantikan. Tapi semangat, kasih, ceria, ramah, dan senyuman, itulah kunci kecantikan.

*** Satpam dan tembok rumah yang kokoh bukan jaminan hidup tenang. Hati yang damai, kasih dan tiada kebencian itulah kunci ketenangan dan rasa aman.

*** Hidup kita itu sebaiknya ibarat “bulan & matahari”—dilihat orang atau tidak, ia tetap bersinar. Dihargai orang atau tidak, ia tetap menerangi. Diterimakasihi atau tidak, ia tetap “berbagi”.

***Jika Anda bilang Anda susah, banyak orang yang lebih susah dari Anda. Jika Anda bilang Anda kaya, banyak orang yang lebih kaya dari Anda. Di atas langit, masih ada langit. Suami, istri, anak, jabatan, harta adalah “titipan sementara”. Itulah kehidupan.

*** Nikmatilah hidup selama Anda masih memilikinya dan terus belajar untuk bersyukur dengan keadaanmu! Karena Anda tidak akan tahu kapan Sang Pemilik Raga akan datang dan mengatakan pada Anda, *“Ini saatnya pulang!”—* memaksa Anda meninggalkan apa pun yang Anda cintai, dan Anda banggakan, serta sombongkan.

*M E R D E K A……..

Sumber : https://iphincow.com/bob-sadino/

Lelah Yang Disukai Allah

Ada 8 kelelahan yang disukai Allah SWT dan RasulNya :

1. Lelah dalam berjihad di jalan-Nya (QS. 9:111)
2. Lelah dalam berda'wah/ mengajak kepada kebaikan (QS.41:33)
3. Lelah dalam beribadah dan beramal sholeh (QS.29:69)
4. Lelah mengandung, melahirkan, menyusui. merawat dan mendidik putra/putri amanah Illahi (QS. 31:14)
5. Lelah dalam mencari nafkah halal (QS. 62:10)
6. Lelah mengurus keluarga (QS. 66:6)
7. Lelah dalam belajar/menuntut ilmu (QS. 3:79)
8. Lelah dalam kesusahan, kekurangan dan sakit (QS.2:155)
????Semoga kelelahan dan kepayahan yang kita rasakan menjadi bagian yang disukai Allah dan RasulNya. Aamiin yaa Rabbal-'aalamiin
????Lelah itu nikmat. Bagaimana mungkin? Logikanya bagaimana? Jika anda seorang ayah, yang seharian bekerja keras mencari nafkah sehingga pulang ke rumah dalam kelelahan yang sangat. Itu adalah nikmat Allah swt yang luar biasa, karena banyak orang yang saat ini menganggur dan bingung mencari kerja.
????Jika anda seorang istri yang selalu kelelahan dengan tugas rumah tangga dan tugas melayani suami yang tidak pernah habis. Sungguh itu nikmat luar biasa, karena betapa banyak wanita sedang menanti-nanti untuk menjadi seorang istri, namun jodoh tak kunjung hadir.
????Jika kita orang tua yang sangat lelah tiap hari, karena merawat dan mendidik anak-anak, sungguh itu nikmat yang luar biasa. Karena betapa banyak pasangan yang sedang menanti hadirnya buah hati, sementara Allah swt belum berkenan memberi amanah.
☀Lelah dalam Mencari Nafkah
Suatu ketika Nabi saw dan para sahabat melihat ada seorang laki-laki yang sangat rajin dan ulet dalam bekerja, seorang sahabat berkomentar: “Wahai Rasulullah, andai saja keuletannya itu dipergunakannya di jalan Allah.”
Rasulullah saw menjawab: “Apabila dia keluar mencari rezeki karena anaknya yang masih kecil, maka dia di jalan Allah. Apabila dia keluar mencari rejeki karena kedua orang tuanya yang sudah renta, maka dia di jalan Allah. Apabila dia keluar mencari rejeki karena dirinya sendiri supaya terjaga harga dirinya, maka dia di jalan Allah. Apabila dia keluar mencari rejeki karena riya’ dan kesombongan, maka dia di jalan setan.”
(Al-Mundziri, At-Targhîb wa At-Tarhîb).
????Sungguh penghargaan yang luar biasa kepada siapa pun yang lelah bekerja mencari nafkah. Islam memandang bahwa usaha mencukupi kebutuhan hidup di dunia juga memiliki dimensi akhirat.
????Bahkan secara khusus Rasulullah saw memberikan kabar gembira kepada siapa pun yang kelelahan dalam mencari rejeki. “Barangsiapa pada malam hari merasakan kelelahan mencari rejeki pada siang harinya, maka pada malam itu ia diampuni dosanya oleh Allah swt.”
????Subhanallah, tidak ada yang sia-sia bagi seorang muslim, kecuali di dalamnya selalu ada keutamaan.
☀Kelelahan dalam bekerja bisa mengantarkan meraih kebahagiaan dunia berupa harta, di sisi lain dia mendapatkan keutamaan akhirat dengan terhapusnya dosa-dosa. Syaratnya bekerja dan lelah. Bukankah ini bukti tak terbantahkan, bahwa kelelahan ternyata nikmat yang luar biasa?
☀Kelelahan Mendidik Anak
Di hari kiamat kelak, ada sepasang orangtua yang diberi dua pakaian (teramat indah) yang belum pernah dikenakan oleh penduduk bumi.
Keduanya bingung dan bertanya: ”Dengan amalan apa kami bisa memperoleh pakaian seperti ini?” Dikatakan kepada mereka: “Dengan (kesabaran)mu dalam mengajarkan Al-Qur’an kepada anak-anakmu.”
????Merawat dan mendidik anak untuk menjadi generasi shaleh/shalehah bukan urusan yang mudah. Betapa berat dan sangat melelahkan. Harta saja tidak cukup.
????Betapa banyak orang-orang kaya yang anaknya “gagal” karena mereka sibuk mencari harta, namun abai terhadap pendidikan anak. Mereka mengira dengan uang segalanya bisa diwujudkan. Namun, uang dibuat tidak berdaya saat anak-anak telah menjadi pendurhaka.
????Berbahagialah manusia yang selama ini merasakan kelelahan dan berhati-hatilah yang tidak mau berlelah-lelah. Segala sesuatu ada hitungannya di sisi Allah swt. Kebaikan yang besar mendapat keutamaan, kebaikan kecil tidak akan pernah terlupakan.
Rasulullah saw bersabda:
“Pahalamu sesuai dengan kadar lelahmu.”
Allah swt akan selalu menilai dan menghitung dengan teliti dan tepat atas semua prestasi hidup kita, sebagaimana firman-Nya:
“Dan bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan di perlihatkan kepadanya. Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna”.
(QS. An-Najm: 39-41).
Mari kita mencari kelelahan yang diridhoi Allah SWT
@Semangat Pagi☀
@ Yuk Koreksi diri
@ Tebar kebaikan

Berhenti Marah Pada Anak

SIAPA MAU BELAJAR BERHENTI MARAH PADA ANAK..?

Renungkanlah kisah ini....

Suatu ketika ada sepasang orang tua yang bersifat pemarah yang datang pada orang bijak agar ia bisa menjadi orang tua yang lebih sabar dalam mendidik anak-anak mereka.

Singkat cerita untuk mengurangi kebiasaan marah mereka, orang bijak memberikan sekantong paku dan mengatakan pada kedua orang itu untuk memakukan sebuah paku di pagar belakang setiap kali dia marah pada anaknya...

Hari pertama kedua orang tua itu telah memakukan 30 paku ke pagar belakang rumahnya.

Lalu hari demi hari secara bertahap jumlah itu berkurang....

Dia mendapati bahwa ternyata lebih mudah menahan amarahnya daripada menancapkan paku ke pagar...

Akhirnya tibalah hari dimana kedua orang tua tersebut merasa sama sekali bisa mengendalikan amarahnya dan tidak cepat kehilangan kesabarannya... hingga tak ada lagi paku yang harus ditancapkan ke pagar belakang rumahnya. Dia memberitahukan hal ini kepada orang bijak, yang kemudian orang bijak tersebut memintanya pulang dan mengusulkan agar dia mencabut satu paku untuk setiap hari dimana dia tidak marah....

Hari-hari berlalu dan kedua orang tua itu akhirnya memberitahu sang guru bijak bahwa semua paku telah tercabut dari pagar rumahnya...

Lalu sang Bijak datang kerumahnya dan menuntun kedua orang tua itu ke pagar tempat dulu ia menancapkan paku-pakunya..…….

"Hmm....? Kamu telah berhasil dengan baik anakku...,..tapi, lihatlah lubang-lubang di pagar ini, tidak akan pernah bisa sama seperti sebelumnya, ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan pada anakmu.…..

Kata-katamu meninggalkan bekas seperti lubang ini... di hatinya". "Kamu dapat menancapkan paku pada pagar ini, lalu mencabut paku itu satu demi satu... tetapi tidak peduli beberapa kali kamu minta maaf.... Luka itu akan tetap ada di sana.……dan luka karena kata-kata adalah sama buruknya dengan luka fisik bahkan lebih sakit lagi dan tidak pernah bisa benar2 hilang dari memori ingatan anak-anak kita...."

Mari ambilah semenit saja dari waktu kita hari ini untuk merenungkan hal ini ..

Selamat sore bersama keluarga dirumah, semoga kita bisa menjadi lebih sabar, karena sabar itu jauh lebih Indah

Sumber : http://ayahkita.blogspot.co.id/2015/12/siapa-mau-belajar-berhenti-marah-pada.html

Saudara dan Kebahagiaan


Jika ada yang bertanya, adakah kaitan antara saudara dan kebahagiaan, jawabannya mungkin akan mengagetkan Anda: tidak ada kaitannya.
Saudara tidak akan membuat kita bahagia. Yang membuat kita bahagia adalah persaudaraan.
Saudara adalah orang-orang yang terhubung dengan kita karena pertalian darah, berdimensi fisik.
Sementara persaudaraan adalah orang-orang yang terhubung dengan kita karena pertalian hati, berdimensi spiritual.
Jika menilik sejarah, banyak kejahatan yang dilakukan oleh saudara kepada saudaranya sendiri. Kisah pembunuhan pertama dalam sejarah umat manusia, antara Qabil dan Habil, dilakukan oleh saudara atas saudaranya sendiri.

Begitu pula dalam kisah konspirasi saudara-saudara Nabi Yusuf untuk melenyapkannya.
Jika dalam kasus Qabil dan Habil berlaku kejahatan oleh saudara one-on-one, dalam kisah Nabi Yusuf yang terjadi adalah persekongkolan jahat oleh sesama saudara.

Kisah-kisah ini mengajarkan kepada kita bahwa saudara yang bertali secara darah (fisik) bisa menjadi musuh saat tidak ada pertalian hati (spiritual).

Ada 4 tipe manusia dalam konteks saudara dan persaudaraan:
1. Saudara yang menunjukkan persaudaraan. Inilah surga.
2. Bukan saudara namun menunjukkan persaudaraan. Ini adalah kebahagiaan (happiness)
3. Bukan saudara dan tidak menunjukkan persaudaraan. Ini disebut ketidakbahagiaan
(unhappiness)
4. Saudara tapi tidak menunjukkan persaudaraan. Inilah neraka.

Jika ada orang yang bukan saudara dan dia tidak menunjukkan persaudaraan kepada kita, kita bisa dengan mudah menghindarinya. Kita bisa memilih komunitas lain tanpa harus bertemu dengannya.
Namun akan lebih berat bagi kita jika yang tidak menunjukkan persaudaraan itu adalah saudara kita sendiri. Di sinilah kita perlu memaknai setiap kondisi yang kita hadapi agar tidak mengalihkan kita dari kebahagiaan.
Kepada mereka yang tidak menunjukkan persaudaraan, kita bisa memaknainya sebagai cara Tuhan untuk menjadikan diri kita agar menjadi manusia yang lebih baik. Hilangnya rasa persaudaraan dari saudara kita tidak boleh menjadi penghalang bagi kita untuk merayakan setiap momentum dalam hidup kita.

Lantas, apa yang dibutuhkan untuk memunculkan rasa persaudaraan khususnya antara sesama saudara? Kata kuncinya adalah connectedness, rasa terhubung satu sama lain, rasa bahwa kita adalah satu tubuh. Di saat ada bagian dari tubuh kita yang sakit, maka seluruh tubuh akan merasakannya. Demikian pula sebaliknya, saat bagian tubuh yang sakit itu pulih, seluruh tubuh merasakan kesegaran. WA Group adalah salah satu upaya untuk menyatukan hati.

Ada 2 ciri connectedness:
Kita merasa senang jika saudara kita mendapatkan kebaikan, dan kita merasa sedih saat saudara kita mendapatkan keburukan. Inilah yang dianalogikan sebagai satu tubuh.
Kita selalu berhubungan dengan saudara kita meski kita sedang tidak membutuhkannya.


Kayu Manis



KAYU MANIS vs KENCING MANIS

Ini kesaksian seorang teman yang baik. Gratis. Jadi tidak perlu berterimakasih pada Klinik . Begini kesaksiannya:
"Saya keturunan dari orang tua penderita diabetes.
Sudah lama mengkonsumsi "Rebusan/ Godokan Kayu Manis"
Awalnya saya minum seperlunya, karena tujuannya untuk kesembuhan batuk saya.
Suatu saat saya baca brosur " Sirup Kayu Manis" di sebuah apotek, salah satu faedahnya untuk menurunkan kadar gula dalam darah dan meningkatkan stamina pria.
Karena saya pernah minum rebusan kayu manis sebelumnya, maka saya minum lagi lebih sering.
Dan hasilnya sangat memuaskan. Tes gula terakhir tgl 29 Juli 2014 (tanpa puasa), hasilnya 93 !
Saya pernah sarankan ke kawan saya yang sedang naik (400) dibulan puasa 2014 ini, beliau minum saat sahur dan saat buka, dalam tempo 3 hari turun ke 155 !!
Sekarang keluarga dan teman-teman yang keturunan sakit gula sudah mengkonsumsi itu.
Hasilnya mereka merasakan lebih segar dan merasa lebih bertenaga.
Kalau mau coba, ini caranya:
1. Sediakan 3-4 batang kayu manis kering (perbatang sebesar telunjuk).
2. Air putih biasa 1 liter (dapat dijadikan 2,5 gelas)
3. Kayu Manis direbus dengan air biasa sampai mendidih dan mengeluarkan warna merah, kecilkan apinya, rebus lagi agak lama agar lebih merah airnya.
4. Angkat dan tuangkan dalam gelas minum hangat..-hangat. Tidak perlu tambahan apa-apa.
5. Rebusan dapat diulang dan ditambahkan air dengan menambahkan kayu manis 1 batang saja.
Bau awal rebusannya agak kuat tapi wangi, rasanya seperti teh tawar.
Konsumsi 2 x sehari (bangun tidur dan mau tidur) untuk penderita yang agak tinggi.
Bila sudah turun, untuk tetap mempertahankan / stabilisasi, cukup 1 gelas saat mau tidur (malam).
Mudah-mudahan bermanfaat bagi yang menderita diabetes."({})

Pola Hidup Anti Kanker

Berikut tulisan Ria Irawan, bagus untuk pengetahuan kita semua.

~Tiap orang memiliki sel kanker dalam tubuh. Sel2 kanker ini tidak tampak dalam pemeriksaan standar hingga sel2 tersebut berkembang biak menjadi milyaran. Ketika dokter mengatakan pada pasien kanker bahwa tidak ada lagi sel kanker di tubuh mereka setelah perawatan, itu hanya berarti bahwa tes yang dilakukan tidak mampu mendeteksi sel kanker karena mereka belum mencapai ukuran yang bisa terdeteksi.

~Kanker sel terjadi antara 6-10X bahkan lebih di dalam hidup seseorang.

~Ketika sistem kekebalan tubuh seseorang tinggi, sel2 kanker akan rusak & dicegah dari pembiakan & pembentukan tumor.

~Ketika seseorang menderita kanker, ini menunjukkan bahwa orang tersebut mengalami beberapa kekurangan nutrisi. Ini dapat terjadi karena faktor genetik, lingkungan, makanan & gaya hidup.

~Untuk menanggulangi beragam gangguan nutrisi, mengubah diet & termasuk suplemen akan menguatkan sistem kekebalan tubuh.

~Kemoterapi meracuni sel kanker yang bertumbuh cepat, juga menghancurkan sel2 sehat yang tumbuh dengan cepat di sumsum tulang, saluran pencernaan dll, dan dapat menyebabkan kerusakan organ seperti hati, ginjal, jantung, paru2 dll.

~Radiasi ketika menghancurkan sel kanker, juga membakar & merusak sel sehat, jaringan & organ.

~Perawatan awal dengan kemoterapi & radiasi akan sering mengurangi ukuran tumor. Tapi penggunaan berkepanjangan dari kemoterapi & radiasi tidak menghasilkan kehancuran tumor lagi.

~Ketika tubuh telah banyak terdapat racun yang terbakar akibat kemoterapi & radiasi, sistem kekebalan tubuh akan terancam atau hancur, karena itulah seseorang akan mengalami berbagai macam infeksi & komplikasi.

~Kemoterapi & radiasi dapat menyebabkan sel kanker bermutasi & menjadi kebal & sulit untuk dihancurkan. Operasi juga dapat menyebabkan sel kanker menyebar ke area lain.

~Cara efektif untuk melawan kanker adalah dengan MELAPARKAN sel2 kanker dengan cara tidak memberikan makanan yang dibutuhkan dengan berkali2.
Makanan sel kanker yaitu:
● Gula adalah makanan sel kanker. Dengan mengurangi gula, berarti juga mengurangi suplai makanan penting bagi sel kanker.
Catatan : Pengganti gula seperti NutraSweet, Equal, Spoonful, dll dibuat dengan aspartam dan itu juga berbahaya.
Pengganti yang lebih natural yaitu madu manuka atau tetes, tapi dalam jumlah yang sedikit. Garam meja yang berwarna putih dalam pembuatannya memiliki tambahan kimia. Alternatif yang lebih baik adalah aminos Bragg atau garam laut .
● Susu membuat tubuh memproduksi mucus, terutama di saluran gastro - usus. Kanker makan pada lendir. Dengan mengurangi susu & menggantikan dengan susu kedelai tawar maka sel kanker akan kelaparan.
● Sel2 kanker berkembang dengan baik di lingkungan yang tinggi asam.
Diet berbasis daging yang sangat tinggi kadar asamnya dan yang terbaik adalah dengan makan ikan, sedikit ayam daripada sapi.
Daging juga mengandung antibiotik ternak yang menumbuhkan hormon & parasit yang berbahaya, terutama bagi penderita kanker.
● Diet yang 80% berbasis sayuran segar & jus, gandum pekat, kacang2an & sedikit buah akan membantu menjadikan tubuh dalam lingkungan alkalin. Sekitar 20% bisa diperoleh dari makanan matang termasuk kacang.
Sayur segar menyediakan enzim hidup yang mudah diserap & mencapai ke tingkat sel dalam waktu 15 menit untuk memelihara & meningkatkan pertumbuhan sel sehat.
Untuk memperoleh enzim hidup untuk membangun sel sehat, cobalah minum jus sayur segar (semua sayuran, termasuk kecambah) dan makanlah sejumlah sayuran mentah 2-3X sehari. Enzim rusak pada temperature 104 derajat F (40 derajat C).
● Hindari kopi, teh & coklat karena mengandung kafein yang tinggi,
Teh hijau adalah alternatif yang lebih baik & memiliki sifat melawan kanker.
Air - terbaik untuk minum air murni, atau disaring, untuk menghindari racun & logam berat dalam air ledeng. Hindari air suling yang asam.
~Protein dari daging sulit untuk dicerna & membutuhkan banyak enzim pencernaan. Daging yang tidak tercerna akan tersisa dalam usus akan membusuk & menyebabkan penumpukan yang lebih beracun.
~Dinding sel kanker memiliki penutup protein yang tangguh. Dengan menghindari makanan mengandung daging dapat membebaskan enzim untuk menyerang dinding protein sel kanker & membiarkan pembunuh sel dalam tubuh untuk menghancurkan sel2 kanker.
~Beberapa suplemen menaikan sistem kekebalan tubuh (IP6, Flor - ssence, Essiac, anti-oksidan, vitamin, mineral, EFAs dll) sehingga memungkinkan sel2 tubuh sehat untuk menghancurkan sel2 kanker.
Suplemen lain seperti Vitamin E diketahui menyebabkan apoptosis, atau kematian sel terprogram, yaitu metode natural dari tubuh untuk membuang sel2 rusak yang tidak diinginkan atau tidak dibutuhkan.
~Kanker adalah penyakit yang melibatkan pikiran, tubuh & jiwa.
Jiwa yang proaktif & positif akan membantu penderita kanker untuk sembuh.
Kemarahan, tak kenal ampun & kepahitan menjadikan tubuh dalam lingkungan stres & asam.
Belajarlah untuk memiliki jiwa penuh kasih & pemaaf. Belajarlah untuk bersantai & menikmati hidup.
~Sel2 kanker tidak dapat berkembang dalam lingkungan beroksigen.
Berolahraga tiap hari & bernapas dengan dalam membantu mendapatkan oksigen lebih banyak turun ke tingkat sel. Terapi oksigen adalah cara lain untuk menghancurkan sel2 kanker.
Semoga Bermanfaat.

Sumber : http://www.cancerhelps.com/fakta-kanker.htm


Arti Isi Sebuah Toples


* Di Suatu sore seorang ayah meletakkan topless yg bening & besar di atas meja di depan anak"nya* Lalu sang ayah mengisinya dengan bola tenis hingga tidak muat lagi. Beliau bertanya: "Sudah penuhkah toples ini..?

* Anak2 nya menjawab: "Sudah penuh".

* Lalu sang ayah mengeluarkan kelereng dari sakunya & memasukkannya ke dalam topless tadi. Kelereng mengisi sela2 bola tenis hingga tidak muat lagi. Beliau bertanya: "Sudah penuh?"

* Anak2 nya mejawab: "Sudah penuh".

* Setelah itu sang ayah mengambil segenggam pasir & memasukkannya ke dalam topless yg sama. Pasir pun mengisi sela2 bola & kelereng hingga tidak bisa muat lagi. Semua sepakat kalau topless sdh penuh & tidak ada yang bisa dimasukkan lagi ke dalamnya. Sudah penuhhhh....??? ....Sudah jawab anak2

* Tetapi terakhir sang ayah menuangkan secangkir air kopi ke dalam toples yang sudah penuh dengan bola, kelereng & pasir itu.

Sang ayah kemudian menjelaskan bahwa:
"Hidup kita kapasitasnya terbatas seperti topless. Masing2 dari kita berbeda ukuran toplesnya":
1.Bola tenis adalah hal2 besar dalam hidup kita, yakni : Iman & Taqwa sesuai Firman Allah kepada kita yg patut kita jalani. Tanggung-jawab terhadap orang tua, istri/suami, anak2, serta pemenuhan kebutuhan makan, tempat tinggal & kesehatan.

2.Kelereng adalah hal2 yang penting, seperti : pekerjaan, kendaraan, sekolah anak, gelar sarjana, dll.

3. Pasir adalah yang lain2 dalam hidup kita, seperti olah raga, nyanyi, rekreasi, Facebook, BBM, WA, nonton film, model baju, model kendaraan dll.
Jika hidup kita diisi dengan mendahulukan pasir hingga penuh, maka kelereng & bola tennis tidak akan bisa masuk.

Berarti, hidup kita hanya berisikan hal2 kecil. Hidup kita habis dengan rekreasi dan hobby, sementara APA yg menjadi Kehendak Allah dan keluarga terabaikan.
Jika kita isi dengan mendahulukan bola tenis, lalu kelereng dst seperti tadi, maka hidup kita akan lengkap.
Berisikan mulai dari hal2 yg besar dan penting hingga hal2 yg menjadi pelengkap.
Karenanya, kita harus mampu mengelola hidup secara cerdas & bijak.
Tahu menempatkan mana yang prioritas dan mana yang menjadi pelengkap.
Jika tidak, maka hidup bukan saja tidak lengkap, bahkan bisa tidak berarti sama sekali.

* Lalu sang ayah bertanya: "Adakah di antara kalian yang mau bertanya?"
Semua anak2 nya terdiam, karena sangat mengerti apa inti pesan dalam pelajaran tadi.

* Namun, tiba2 seseorang anak nyeletuk bertanya: "Apa arti secangkir air kopi yang dituangkan tadi .....?"

* Sang ayah menjawab dengan tersenyum :

"Sepenuh dan sesibuk apa pun hidup kita, jangan lupa masih bisa disempurnakan dengan bersilaturahim sambil "minum kopi" ..... dengan tetangga, teman, sahabat yang hebat. Jangan lupa sahabat lama.
Saling bertegur sapa, saling senyum bersenda gurau ..... betapa indahnya hidup ini !

Sumber : https://www.facebook.com/

Kopi di Dinding


Gambar terkait

KOPI di DINDING - Venesia (Italia)

Sepasang wisatawan asyik menikmati kopi di sebuah kafe terkenal di Venesia, Italia. Tak lama kemudian, datanglah seorang pria paruh baya, duduk di salah satu meja kosong. Ia memanggil pramusaji dan memesan,“Kopi dua cangkir. Yang satu untuk di dinding”.
Wisatawan merasa heran mendengar kalimat tersebut. Apalagi sang pria kemudian hanya disuguhi satu cangkir kopi, namun ia membayar untuk dua cangkir.
Segera setelah pria tersebut pergi, si pramusaji menempelkan selembar kertas kecil bertuliskan "Segelas Kopi" di dinding kafe.
Suasana kafe kembali hening. Tak lama kemudian masuklah dua orang pria. Kedua pria tersebut pesan 3 cangkir kopi. Dua cangkir di meja, satu lagi untuk di dinding. Mereka membayar tiga cangkir kopi sebelum pergi.
Lagi-lagi setelah itu pramusaji melakukan hal yang sama, menempelkan kertas bertulis "Segelas Kopi" di dinding.
Pemandangan aneh di kafe sore itu membuat wisatawan heran. Mereka meninggalkan kafe dengan menyimpan pertanyaan atas kejadian ganjil yang disaksikannya, namun tidak sempat mengajukan pertanyaan, apa maksud kopi di dinding.
Minggu berikutnya, mereka mampir kembali di kafe yang sama. Mereka melihat, seseorang lelaki tua masuk ke dalam kafe. Pakaiannya kumal dan kotor. Setelah duduk ia melihat ke dinding dan berkata kepada pelayan, “Satu cangkir kopi dari dinding".
Pramusaji segera menyuguhkan segelas kopi. Setelah menghabiskan kopinya, lelaki lusuh tadi lantas pergi tanpa membayar. Tampak si pramusaji menarik satu lembar kertas dari dinding tersebut lalu membuangnya ke tempat sampah.
Pertanyaan wisatawan itu terjawab sudah. Begini rupanya cara penduduk kota ini menolong sesamanya yang kurang beruntung dengan tetap menaruh respek kepada orang yang ditolongnya. Kaum papa bisa menikmati secangkir kopi tanpa perlu merendahkan harga diri untuk mengemis secangkir kopi. Bahkan mereka pun tidak perlu tahu siapa yang “mentraktirnya”. Suatu tatanan hidup bermasyarakat yang amat menyentuh, dan mengharukan.
Dr. Leo Buscaglia, guru besar yang meyakini bahwa kita tidak bisa hidup lebih baik tanpa memberi dan menerima cinta, perhatian, dan bantuan dari orang lain. “Terlalu sering kita meremehkan kekuatan sebuah sentuhan, sekilas senyuman, sebuah kata, mendengar keluhan orang lain, pujian tulus, atau tindakan kecil membantu orang lain, yang semua itu punya kekuatan untuk mengubah kehidupan,” kata Buscaglia.
Secangkir kopi di dinding adalah wujud cinta yang ikhlas kepada kaum papa, tanpa menyikapi kaum papa dengan cara arogan: aku memberi kepadamu.
Tidak penting seberapa banyak kita sudah memberi. Lebih penting adalah bagaimana kita memberi.
Semoga dapat diambil hikmahnya.

Sumber : https://plus.google.com/115947304610027049348/

Keajaiban Seorang Dokter


Gambar terkait 


Inspiring banget...

KEAJAIBAN SEORANG DOKTER

Sejak pulang dari itikaf di masjid selama 3 hari bersama jamaah dakwah, dokter Agus menjadi pribadi yang berbeda. Sedikit-sedikit bicaranya Allah, sedikit-sedikit bicaranya Rasulullah. Cara makan dan cara tidurnya pun berbeda, katanya itulah cara tidur nabi saw. Rupanya, pengalaman itikaf dan belajar di masjid betul-betul berkesan baginya.
Ada semangat baru. Namun beliau juga jadi lebih banyak merenung. Dia selalu teringat-ingat dengan kalimat yang dibicarakan amir jamaah. "Obat tidak dapat menyembuhkan,... yang menyembuhkan adalah Allah...
Obat bisa menyembuhkan berhajat kepada Allah,... karena sunnatullah. Sedang Allah menyembuhkan, tidak berhajat melalui obat...... Allah bisa menyembuhkan dengan obat atau bahkan tanpa obat....... Yang menyembuhkan bukanlah obat, yang menyembuhkan adalah Allah" Dia-pun merenung, bukan hanya obat, bahkan dokter pun tidak punya upaya untuk memberi kesembuhan. Yang memberi kesembuhan adalah Allah.
Sejak itu sebelum memeriksa pasiennya, beliau selalu bertanya. "Bapak sebelum kesini sudah ijin dulu kepada Allah?" atau "sudah berdoa meminta kesembuhan kepada Allah?" atau "sudah lapor dulu kepada Allah?". Jika dijawab belum (....kebanyakan memang belum...), beliau meminta pasien tersebut mengambil air wudhu, dan sholat 2 rakaat di tempat yang telah disediakan.
Jika memberikan obat, beliau pun berpesan dengan kalimat yang sama..... obat tidak bisa menyembuhkan, yang menyembuhkan adalah Allah. Namun berobat adalah sunnah dari Rasulullah saw dan sebagai ikhtiar dan sunnatullah, agar Allah mau menyembuhkan....
Ajaib,.... banyak pasien yang sembuh.
Jika diperiksa dengan ilmu medis, peluang sehatnya hampir tidak ada, ketika diberikan terapi 'Yakin" yang diberikan beliau, menjadi sehat. Pernah ada pasien yang mengeluh sakit, beliau minta agar orang tersebut untuk sholat 2 rakaat (minta ampun dan minta kesembuhan kepada Allah), ketika selesai sholat pasien tersebut langsung merasa sehat dan tidak jadi berobat. (Allahu-Akbar)
Rudi, Asistennya bertanya, kenapa dia langsung sembuh?... dr. Agus katakan, bisa jadi sumber sakitnya ada di hati, hati yang gersang karena jauh dari Allah. Efek lain adalah pasiennya pulang dalam keadaan senang dan gembira. Karena tidak hanya fisiknya yang diobati, Namun batinnya pun terobati. Hati yang sehat, membuat fisik yang kuat. Dan sebaik-baik obat hati adalah Dzikr, Quran, Wudhu, Sholat, doa dan tawakal pada Allah. Pernah ada pasien yang jantungnya bermasalah dan harus di operasi.
Selain Yakin, beliau juga mengajarkan terapi cara hidup Rasulullah. Pasien tersebut diminta mengamalkan satu sunnah saja, yaitu sunnah tidur. Sebelum tidur berwudhu, kalo bisa sholat 2 rakaat, berdoa, berdzkir, menutup aurat, posisi kanan adalah kiblat, dan tubuh miring ke kanan. Seminggu kemudian, pasien tersebut diperiksa. Alhamdulillah, tidak perlu dilakukan operasi. Allah telah memberi kesembuhan atasnya.
Ada juga pasien yang ginjalnya bermasalah. Beliau minta agar pasien tersebut amalkan sunnah makan dan sunnah di dalam wc. Makan dengan duduk sunnah sehingga posisi tubuh otomatis membagi perut menjadi 3 (udara, makanan, dan air). Kemudian buang air kecil dengan cara duduk sunnah, menguras habis2 kencing yang tersisa dengan berdehem 3 kali, mengurut, dan membasuhnya dengan bersih. seminggu kemudian, saat diperiksa ternyata Allah berikan kesembuhan kepada orang tersebut.
Rudi pernah sedikit protes. Sejak melibatkan Allah, pasiennya jadi jarang bolak-balik dan beresiko mengurangi pendapatan beliau. Namun dr. Agus katakan bahwa rezeki adalah urusan Allah. Dan beliau jawab dengan kalimat yang sama dengan redaksi yang berbeda, bahwa "sakitnya pasien tidak dapat mendatangkan rezeki, yang memberi rezeki adalah Allah. Allah juga bisa mendatangkan rezeki tanpa melalui sakitnya pasien".
6 bulan berikutnya seorang pasien yang pernah sembuh karena diminta sholat oleh beliau, datang ke klinik, mengucapkan terima kasih, dan berniat mengajak dokter serta asistennya umroh bulan depan. dr. Agus kemudian memanggil Rudi ke dalam ruangan. Sebenarnya beliau tahu bahwa Rudi ingin sekali berangkat umroh. Namun kali ini beliau ingin bertanya langsung dengannya.
"Rudi, bapak ini mengajak kita untuk umroh bulan depan, kamu bersedia?". Rudi tidak menjawab, namun matanya berbinar, air matanya tampak mau jatuh. "Sebelum menjawab, saya ijin sholat dulu pak" ucapnya lirih. ia Sholat yang lama sekali, sepertinya ini sholat dia yang paling khusu'. pelan, terdengar dia terisak-isak dalam doanya.... Aamiin (Copas) Mungkin bermanfaat buat Pak/Bu Dokter




3 September 2017

Selalu Taruh Kunci Mobil di Dekat Tempat Tidur

Tolong SHARE kiriman ini dan sampaikan kepada pasangan anda, teman-teman anda, tetangga, pemilik toko dekat rumah, dokter anda, dan semua orang (yang memiliki mobil tentunya), agar mereka meletakkan kunci mobil di dekat ranjang sebelum mereka tidur.

Ketika di malam hari anda mendengar suara-suara di luar, dan anda merasa bahwa ada orang yang sedang mencoba menyusup ke dalam rumah (pencuri, perampok, pemerkosa), dan di saat yang sama mendadak listrik mati (dimatikan oleh penyusup), SEGERA TEKAN TOMBIL ALARM MOBIL ANDA..alarm tersebut akan terus menyala hingga anda sendiri yg mematikan atau accu mobil habis.

Ini merupakan salah satu TIPS KEAMANAN yang saya dapat dari seorang teman yang memperolehnya dari ketua RT setempat. Pak RT ini memberikan himbauan kepada warganya agar apabila mendengar alarm mobil salah satu warga menyala dan tidak berhenti-berhenti, maka itu adalah TANDA PERINGATAN bahwa warga tersebut membutuhkan bantuan.

Alarm mobil TERNYATA adalah sebuah sistem KEAMANAN yang tanpa kita sadari SUDAH KITA MILIKI, tanpa perlu instalasi di rumah, tanpa memerlukan listrik rumah dan sulit dimatikan oleh siapapun. Ketika alarm mobil dinyalakan dan terus berbunyi otomatis akan membangunkan tetangga, satpam kompleks, hansip dan orang-orang lain di lingkungan anda, dan bahkan tidak jarang mereka akan keluar, mendatangi rumah anda, jika mereka sadar anda dalam bahaya mereka dapat SEGERA memberikan pertolongan atau menghubungi polisi.

Alarm mobil juga berguna untuk melindungi anda di tempat-tempat umum seperti tempat parkir misalnya. Selalu pegang kunci mobil di dalam saku saat anda sedang berjalan menuju tempat parkir kendaraan. Ketika anda merasa diikuti orang atau mengalami tindakan yang membutuhkan bantuan, upaya pemerkosaan dan pelecahan seksual, segara tekan tombol alarm mobil, maka orang-orang di sekitar akan terpancing perhatiannya.

Dalam kasus-kasus yang lebih spesifik, kunci mobil kadang dibawa oleh orang tua / lanjut usia. Untuk rumah-rumah berukuran besar, ketika kakek / nenek ini sedang berjalan-jalan di dalam rumah dan mengalami hal-hal yang berbahaya, seperti terjatuh, terkena serangan jantung, refleks mereka akan mengarah kepada menekan tombol alarm kunci mobil (mudah-mudahan masih sempat dilakukan) untuk meminta pertolongan orang rumah karna mungkin berteriak sudah tidak mampu lagi dilakukan.

Tips ini boleh dicoba bagi anda secara pribadi atau dapat pula disosialisasikan di lingkungan anda agar kita saling menjaga dan saling peduli dengan keselamatan sesama kita.

Semoga dengan SHARE Artikel ini bermanfaat dan dapat menyelamatkan kita semua . . . . .

http://www.senkomsidoarjo.org/2016/08/selalu-taruh-kunci-mobil-di-dekat.html

Dua Cewek Dapat "Kerjaan Sama" Dari Bos

Dua Cewek Dapat "Kerjaan Sama" Dari Bos, Siapa Sangka yang Satu Naik Pangkat, Satu Lagi Malah Dapet "Email Kayak Gini"!!

Sampai suatu hari, dia akhirnya memberanikan diri bertanya pada bosnya, "Pak, apa saya pernah terlambat, pulang duluan atau mengacaukan kantor?"

Bosnya langsung menjawab, "Tidak pernah."

"Kalau gitu, apa perusahaan ini pilih kasih?" Lanjut Yuni. Bosnya berhenti sebentar, kemudian menjawab, "Tentu tidak."

"Kalau gitu, kenapa pegawai yang baru masuk kok bisa dipromosikan, sedangkan saya tetap di posisi yang sama?"

Bosnya diam sejenak, kemudian tersenyum sambil berkata, "Masalah kamu ini nanti kita bicarakan, aku ada hal yang lebih penting sekarang, atau kamu mau bantu?"

"Ada klien yang mau datang ke sini, coba kamu tanya dia kapan datangnya." Lanjut bosnya.

"Ini benar-benar pekerjaan penting ya.." Sebelum keluar, Yuni menambahkan

Satu jam kemudian, ia kembali ke ruangan bosnya.

"Udah dikontak?" tanya bos

"Udah, katanya mungkin minggu depan akan datang." Jawab Yuni

"Pastinya hari apa?" Tanya bosnya lagi

"Ini saya gak tanya jelas.."

"Mereka berapa orang yang datang?"

"Ah! Bapak gak minta saya tanya tadi.."

"Kalau gitu mereka datang naik apa? Kereta atau pesawat?"

"Ini juga bapak gak minta saya tanya.."

Bosnya tidak lagi berkata apa-apa, kemudian dia mengangkat telepon dan memanggil Jesy, yang baru masuk ke kantor selama 1 tahun, tapi dia sudah menjabat sebagai supervisor.

Jesy mendapatkan tugas yang sama persis. Hanya perlu beberapa menit saja, dia sudah kembali ke ruangan bosnya.

"Jadi begini pak" Jelas Jesy.. "Mereka akan datang hari jumat depan, naik pesawat jam 3 sore, kemungkinan jam 6 akan tiba, total 5 orang, akan dipimpin oleh manajer pemasaran, saya sudah menjelaskan pada mereka, kami akan meminta orang untuk menjemput mereka."

"Selain itu, mereka berencana untuk datang selama 2 hari, mengenai shecdule mereka, nanti akan dibicarakan lagi bersama bapak. Untuk memudahkan, saya menyarankan untuk memesankan hotel di dekat kantor ini pak, kalau bapak setuju, saya akan memesan kamarnya."

"Oh ya, minggu depan mungkin akan hujan, saya akan mengontak kembali klien tersebut, kalau sampai ada perubahan cuaca, saya akan langsung mengabari mereka."

Yuni berdiri di samping dan mukanya memerah, dia tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Malam itu, Yuni mendapatkan sebuah email dari bosnya yang berisi demikian..

Yun, tidak peduli kamu bekerja di mana pun, kamu harus ingat hal ini!

Pertama, perusahaan tidak akan butuh orang santai, tim kerja tidak mau pemalas.

Kedua, waktu kamu bekerja, kamu jangan hanya memikirkan uang, kamu harus belajar agar dirimu itu memang senilai dengan uangnya.

Ketiga, tidak ada perusahaan yang membuatmu mudah mendapatkan uang.

Keempat, tidak ada pekerjaan yang selalu lancar, kamu harus bisa bersabar.

Kelima, kalau kamu tidak menghasilkan uang, hasilkanlah pengetahuan; kalau tidak menghasilkan pengetahuan, hasilkanlah pengalaman; kalau tidak menghasilkan pengalaman, hasilkanlah pengertian. Kalau kamu sudah menghasilkan semua itu, tidak mungkin kamu tidak menghasilkan uang.

Keenam, asalkan mengubah dahulu perilaku diri sendiri, baru bisa mengubah nasibmu. Asal kamu mengubah dahulu cara kamu bekerja, kamu baru bisa mendapatkan posisi yang tinggi.

Ketujuh, seringkali orang terburu-buru hanya karena usia yang menurut mereka seharusnya sudah bisa mendapatkan lebih, memikirkan banyak hal, tapi melakukan hanya sedikit.

Saat itulah Yuni tersadar, tidak ada orang yang begitu lahir langsung bisa melakukan banyak hal besar, mulai dari hal mudah dan biasa. Apa yang kamu bangun dari dirimu sendiri, itu yang bisa memutuskan masa depanmu.

Pegawai yang baik bukanlah mereka yang dengan manis menunggu pekerjaan datang, tapi mereka yang secara aktif mengerti apa yang harus mereka lakukan dan dengan bertanggung jawab menyelesaikannya.

Sumber : http://www.cerpen.co.id/post_140112.html

2 September 2017

Pelajaran Berharga Kehidupan

Silakan BACA Cerita ini sampai SELESAI, ambil HIKMAH-nya dan PELAJARAN apa yang dapat Anda ambil untuk KEHIDUPAN.


“Goblok kamu ya…” Kata Suamiku sambil melemparkan buku rapor sekolah Doni. Kulihat suamiku berdiri dari tempat duduknya dan kemudian dia menarik kuping Doni dengan keras. Doni meringis.
Tak berapa lama Suamiku pergi kekamar dan keluar kembali membawa penepuk nyamuk. Dengan garang suamiku memukul Doni berkali kali dengan penepuk nyamuk itu. Penepuk nyamuk itu diarahkan kekaki, kemudian ke punggung dan terus, terus.

Doni menangis “ Ampun, ayah ..ampun ayah..”
Katanya dengan suara terisak isak. Wajahnya memancarkan rasa takut. Dia tidak meraung. Doni ku tegar dengan siksaan itu. Tapi matanya memandangku. Dia membutuhkan perlindunganku. Tapi aku tak sanggup karena aku tahu betul sifat suamiku.
“Lihat adik adikmu. Mereka semua pintar pintar sekolah. Mereka rajin belajar. Ini kamu anak tertua malah malas dan tolol Mau jadi apa kamu nanti ?. Mau jadi beban adik adik kamu ya…he “ Kata suamiku dengan suara terengah engah kelelahan memukul Doni. Suamiku terduduk dikursi.
Matanya kosong memandang kearah Doni dan kemudian melirik kearah ku “ Kamu ajarin dia. Aku tidak mau lagi lihat lapor sekolahnya buruk. Dengar itu. “ Kata suamiku kepadaku sambil berdiri dan masuk kekamar tidur.
Kupeluk Doni. Matanya memudar. Aku tahu dengan nilai lapor buruk dan tidak naik kelas saja dia sudah malu apalagi di maki maki dan dimarahi didepan adik adiknya. Dia malu sebagai anak tertua. Kembali matanya memandangku. Kulihat dia butuh dukunganku. Kupeluk Doni dengan erat “Anak bunda, tidak tolol. Anak bunda pintar kok. Besok yang rajin ya belajarnya”
“Doni udah belajar sungguh sungguh, bunda, Bunda kan lihat sendiri. Tapi Doni memang engga pintar seperti Ruli dan Rini. Kenapa ya Bunda” Wajah lugunya membuatku terenyuh.. Aku menangis “Doni, pintar kok. Doni kan anak ayah. Ayah Doni pintar tentu Doni juga pintar. “
“Doni bukan anak ayah.”Katanya dengan mata tertunduk“ Doni telah mengecewakan Ayah, ya bunda“

Malamnya, adiknya Ruli yang sekamar dengannya membangunkan kami karena ketakutan melihat Doni menggigau terus. Aku dan suamiku berhamburan kekamar Doni. Kurasakan badannya panas. Kupeluk Doni dengan sekuat jiwaku untuk menenangkannya. Matanya melotot kearah kosong. Kurasakan badannya panas. Segera kukompres kepalanya dan suamiku segera menghubungi dokter keluarga.
Doni tak lepas dari pelukanku “Anak bunda, buah hati bunda, kenapa sayang. Ini bunda,..”
Kataku sambil terus membelai kepalanya. Tak berapa lama matanya mulai redup dan terkulai. Dia mulai sadar. Doni membalas pelukanku. ‘Bunda, temani Doni tidur ya.” Katanya sayup sayup. Suamiku hanya menghelap nafas. Aku tahu suamiku merasa bersalah karena kejadian siang tadi.

Doni adalah putra tertua kami. Dia lahir memang ketika keadaan keluarga kami sedang sulit. Suamiku ketika itu masih kuliah dan bekerja serabutan untuk membiayai kuliah dan rumah tangga. Ketika itulah aku hamil Doni. Mungkin karena kurang gizi selama kehamilan tidak membuat janinku tumbuh dengan sempurna. Kemudian, ketika Doni lahir kehidupan kami masih sangat sederhana. Masa balita Doni pun tidak sebaik anak anak lain. Diapun kurang gizi. Tapi ketika usianya dua tahun, kehidupan kami mulai membaik seiring usainya kuliah suamiku dan mendapatkan karir yang bagus di BUMN. Setelah itu aku kembali hamil dan Ruli lahir., juga laki laki dan dua tahu setelah itu, Rini lahir, adik perempuannya. Kedua putra putriku yang lahir setelah Doni mendapatkan lingkungan yang baik dan gizi yang baik pula. Makanya mereka disekolah pintar pintar. Makanya aku tahu betul bahwa kemajuan generasi ditentukan oleh ketersediaan gizi yang cukup dan lingkungan yang baik.

Tapi keadaan ini tidak pernah mau diterima oleh Suamiku. Dia punya standard yang tinggi terhadap anak anaknya. Dia ingin semua anaknya seperti dia. Pintar dan cerdas. “Masalah Doni bukannya dia tolol, Tapi dia malas. Itu saja. “Kata suamiku berkali kali. Seakan dia ingin menepis tesis tentang ketersediaan gizi sebagai pendukung anak jadi cerdas. “Aku ini dari keluarga miskin. Manapula aku ada gizi cukup. Mana pula orang tuaku ngerti soal gizi. Tapi nyatanya aku berhasil. “ Aku tak bisa berkata banyak untuk mempertahankan tesisku itu. Seminggu setelah itu, suamiku memutuskan untuk mengirim Doni kepesantren. AKu tersentak. “ Apa alasan Mas mengirim Doni ke Pondok Pesantren “ “ Biar dia bisa dididik dengan benar” “ Apakah dirumah dia tidak mendapatkan itu”
“Ini sudah keputusanku, Titik. “tapi kenapa , Mas” Aku berusaha ingin tahu alasan dibalik itu.
Suamiku hanya diam. Aku tahu alasannya. Dia tidak ingin ada pengaruh buruk kepada kedua putra putri kami. Dia malu dengan tidak naik kelasnya Doni. Suamiku ingin memisahkan Doni dari adik adiknya agar jelas mana yang bisa diandalkannya dan mana yang harus dibuangnya. Mungkinkah itu alasannya. Bagaimanapun, bagiku Doni akan tetap putraku dan aku akan selalu ada untuknya. Aku tak berdaya. Suamiku terlalu pintar bila diajak berdebat.

Ketika Doni mengetahui dia akan dikirim ke Pondok Pesantren, dia memandangku. Dia nampak bingung. Dia terlalu dekat denganku dan tak ingin berpisah dariku.
Dia peluk aku “Doni engga mau jauh jauh dari bunda” Katanya. Tapi seketika itu juga suamiku membentaknya “ Kamu ini laki laki. Tidak boleh cengeng. Tidak boleh hidup dibawah ketiak ibumu. Ngerti. Kamu harus ikut kata Ayah. Besok Ayah akan urus kepindahan kamu ke Pondok Pesantren. “
Setelah Doni berada di Pondok Pesantren setiap hari aku merindukan buah hatiku. Tapi suamiku nampak tidak peduli. “Kamu tidak boleh mengunjunginya di pondok. Dia harus diajarkan mandiri. Tunggu saja kalau liburan dia akan pulang” Kata suamiku tegas seakan membaca kerinduanku untuk mengunjungi Doni.
Tak terasa Doni kini sudah kelas 3 Madrasah Aliyah atau setingkat SMU. Ruli kelas 1 SMU dan Rini kelas 2 SLP. Suamiku tidak pernah bertanya soal Rapor sekolahnya. Tapi aku tahu rapor sekolahnya tak begitu bagus tapi juga tidak begitu buruk. Bila liburan Doni pulang kerumah, Doni lebih banyak diam. Dia makan tak pernah berlebihan dan tak pernah bersuara selagi makan sementara adiknya bercerita banyak soal disekolah dan suamiku menanggapi dengan tangkas untuk mencerahkan. Walau dia satu kamar dengan adiknya namun kamar itu selalu dibersihkannya setelah bangun tidur. Tengah malam dia bangun dan sholat tahajud dan berzikir sampai sholat subuh.

Ku perhatikan tahun demi tahu perubahan Doni setelah mondok. Dia berubah dan berbeda dengan adik adiknya. Dia sangat mandiri dan hemat berbicara. Setiap hendak pergi keluar rumah, dia selalu mencium tanganku dan setelah itu memelukku. Beda sekali dengan adik adiknya yang serba cuek dengan gaya hidup modern didikan suamiku. Setamat Madrasa Aliyah, Doni kembali tinggal dirumah. Suamiku tidak menyuruhnya melanjutkan ke Universitas. “Nilai rapor dan kemampuannya tak bisa masuk universitas. Sudahlah. Aku tidak bisa mikir soal masa depan dia. Kalau dipaksa juga masuk universitas akan menambah beban mentalnya. “ Demikian alasan suamiku. Aku dapat memaklumi itu. Namun suamiku tak pernah berpikir apa yang harus diperbuat Doni setelah lulus dari pondok. Donipun tidak pernah bertanya. Dia hanya menanti dengan sabar.

Selama setahun setelah Doni tamat dari mondok, waktunya lebih banyak di habiskan di Masjid. Dia terpilih sebagai ketua Remaja Islam Masjid. Doni tidak memilih Masjid yang berada di komplek kami tapi dia memilih masjid diperkampungan yang berada dibelakang komplek. Mungkin karena inilah suamiku semakin kesal dengan Doni karena dia bergaul dengan orang kebanyakan. Suamiku sangat menjaga reputasinya dan tak ingin sedikitpun tercemar. Mungkin karena dia malu dengan cemoohan dari tetangga maka dia kadang marah tanpa alasan yang jelas kepada Doni. Tapi Doni tetap diam. Tak sedikitpun dia membela diri. Suatu hari yang tak pernah kulupakan adalah ketika polisi datang kerumahku. Polisi mencurigai Doni dan teman temannya mencuri di rumah yang ada di komplek kami. Aku tersentak. Benarkah itu. Doni sujud dikaki ku sambil berkata “ Doni tidak mencuri , Bunda. TIdak, Bunda percayakan dengan Doni. Kami memang sering menghabiskan malam di masjid tapi tidak pernah keluar untuk mencuri. ”Aku meraung ketika Doni dibawa kekantor polisi. Suamiku dengan segala daya dan upaya membela Doni. Alhamdulilah Doni dan teman temannya terbebaskan dari tuntutan itu. Karena memang tidak ada bukti sama sekali. Mungkin ini akibat kekesalan penghuni komplek oleh ulah Doni dan kawan kawan yang selalu berzikir dimalam hari dan menggangu ketenangan tidur.

Tapi akibat kejadian itu, suamiku mengusir Doni dari rumah. Doni tidak protes. Dia hanya diam dan menerima keputusan itu. Sebelum pergi dia rangkul aku” Bunda , Maafkanku. Doni belum bisa berbuat apapun untuk membahagiakan bunda dan Ayah. Maafkan Doni “ Pesanya. Diapun memandang adiknya satu satu. Dia peluk mereka satu persatu “ Jaga bunda ya. Mulailah sholat dan jangan tinggalkan sholat. Kalian sudah besar .” demikian pesan Doni. Suamiku nampak tegar dengan sikapnya untuk mengusir Doni dari rumah.“ Mas, Dimana Doni akan tinggal. “ Kataku dengan batas kekuatan terakhirku membela Doni. “ Itu bukan urusanku. Dia sudah dewasa. Dia harus belajar bertanggung jawab dengan hidupnya sendiri.

*** Tak terasa sudah enam tahun Doni pergi dari Rumah. Setiap bulan dia selalu mengirim surat kepadaku. Dari suratnya kutahu Doni berpindah pindah kota. Pernah di Bandung, Jakarta, Surabaya dan tiga tahun lalu dia berangkat ke Luar negeri. Bila membayangkan masa kanak kanaknya kadang aku menangis. Aku merindukan putra sulungku. Setiap hari kami menikmati fasilitas hidup yang berkecukupan. Ruli kuliah dengan kendaraan bagus dan ATM yang berisi penuh. Rinipun sama. Karir suamiku semakin tinggi. Lingkungan social kami semakin berkelas.

Tapi, satu putra kami pergi dari kami. Entah bagaimana kehidupannya. Apakah dia lapar. Apakah dia kebasahan ketika hujan karena tidak ada tempat bernaung. Namun dari surat Doni , aku tahu dia baik baik saja. Dia selalu menitipkan pesan kepada kami, “ Jangan tinggalkan sholat. Dekatlah kepada Allah maka Allah akan menjaga kita siang dan malam. “

*** Prahara datang kepada keluarga kami. Suamiku tersangkut kasus Korupsi. Selama proses pemeriksaan itu suamiku tidak dibenarkan masuk kantor. Dia dinonaktifkan. Selama proses itupula suamiku nampak murung. Kesehatannya mulai terganggu. Suamiku mengidap hipertensi. Dan puncaknya , adalah ketika Polisi menjemput suamiku di rumah. Suamiku terbukti melakukan tindak pidana korupsi. Rumah dan semua harta yang selama ini dikumpulkan disita oleh negara. Media maassa memberitakan itu setiap hari. Reputasi yang selalu dijaga oleh suamiku selama ini ternyata dengan mudah hancur berkeping keping. Harta yang dikumpul, sirna seketika. Kami sekeluarga menjadi pesakitan. Ruli malas untuk terus kuliah karena malu dengan teman temannya. Rini juga sama yang tak ingin terus kuliah. Kini suamiku dipenjara dan anak anak jadi bebanku dirumah kontrakan. Ya walau mereka sudah dewasa namun mereka menjadi bebanku. Mereka tak mampu untuk menolongku. Baru kutahu bahwa selama ini kemanjaan yang diberikan oleh suamiku telah membuat mereka lemah untuk survival dengan segala kekurangan. Maka jadilah mereka bebanku ditengah prahara kehidupan kami. Pada saat inilah aku sangat merindukan putra sulungku. Ditengah aku sangat merindukan itulah aku melihat sosok pria gagah berdiri didepan pintu rumah.
Doniku ada didepanku dengan senyuman khasnya. Dia menghambur kedalam pelukanku. “ Maafkan aku bunda, Aku baru sempat datang sekarang sejak aku mendapat surat dari bunda tentang keadaan ayah. “ katanya. Dari wajahnya kutahu dia sangat merindukanku. Rini dan Ruli juga segera memeluk Doni. Mereka juga merindukan kakaknya. Hari itu, kami berempat saling berpelukan untuk meyakinkan kami akan selalu bersama sama.

Kehadiran Doni dirumah telah membuat suasana menjadi lain. Dengan bekal tabungannya selama bekerja diluar negeri, Doni membuka usaha percetakan dan reklame. Aku tahu betul sedari kecil dia suka sekali menggambar namun hobi ini selalu di cemoohkan oleh ayahnya. Doni mengambil alih peran ayahnya untuk melindungi kami. Tak lebih setahu setelah itu, Ruli kembali kuliah dan tak pernah meninggalkan sholat dan juga Rini. Setiap maghrib dan subuh Doni menjadi imam kami sholat berjamaah dirumah. Seusai sholat berjaman Doni tak lupa duduk bersilah dihadapan kami dan berbicara dengan bahasa yang sangat halus , beda sekali dengan gaya ayahnya

“Manusia tidak dituntut untuk terhormat dihadapan manusia tapi dihadapan Allah. Harta dunia, pangkat dan jabatan tidak bisa dijadikan tolok ukur kehormatan. Kita harus berjalan dengan cara yang benar dan itulah kunci meraih kebahagiaan dunia maupun akhirat. Itulah yang harus kita perjuangkan dalam hidup agar mendapatkan kemuliaan disisi Allah. . Dekatlah kepada Allah maka Allah akan menjaga kita. Apakah ada yang lebih hebat menjaga kita didunia ini dibandingkan dengan Allah.“

“Apa yang menimpa keluarga kita sekarang bukanlan azab dari Allah. Ini karena Allah cinta kepada Ayah. Allah cinta kepada kita semua karena kita semua punya peran hingga membuat ayah terpuruk dalam perbuatan dosa sebagai koruptor. Allah sedang berdialog dengan kita tentang sabar dan ikhlas, tentang hakikat kehidupan, tentang hakikat kehormatan. Kita harus mengambil hikmah dari ini semua untuk kembali kepada Allah dalam sesal dan taubat. Agar bila besok ajal menjemput kita, tak ada lagi yang harus disesalkan, Karna kita sudah sangat siap untuk pulang keharibaan Allah dengan bersih.“

Seusai Doni berbicara , aku selalu menangis. Doni yang tidak pintar sekolah, tapi Allah mengajarinya untuk mengetahui rahasia terdalam tentang kehidupan dan dia mendapatkan itu untuk menjadi pelindung kami dan menuntun kami dalam taubah. Ini jugalah yang mempengaruhi sikap suamiku dipenjara. Kesehatannya membaik. Darah tingginya tak lagi sering naik. Dia ikhlas dan sabar, dan tentu karena dia semakin dekat kepada Allah. Tak pernah tinggal sholat sekalipun. Zikir dan linangan airmata sesal akan dosanya telah membuat jiwanya tentram. Mahasuci Allah

Sumber : https://plus.google.com/112800773197560483471/posts/CgDk4ygTxxk

Karir Bukan Segalanya

Saya adalah seorang ibu dengan 2 orang anak, mantan direktur sebuah perusahaan multinasional. Mungkin Anda menganggap saya termasuk orang yang berhasil dalam karir. Namun sungguh, seandainya saya boleh memilih, maka saya tidak akan menjadi seperti ini dan menganggap apa yang telah saya raih sungguh sia-sia.

Semuanya berawal ketika putri saya satu-satunya yang berusia 19 tahun baru saja meninggal karena overdosis narkotika. Sungguh, hidup saya hancur berantakan karenanya. Suami saya saat ini masih terbaring di rumah sakit karena terkena stroke dan mengalami kelumpuhan, karena memikirkan musibah ini. Putra saya satu-satunya juga sempat mengalami depresi berat dan sekarang masih menjalani perawatan intensif sebuah klinik kejiwaan. Dia juga merasa sangat terpukul dengan kepergian adiknya. Sungguh, apa lagi yang bisa saya harapkan?

Maya mengalami nasib tragis, karena dia terguncang dengan meninggalnya Bi Inah, pembantu kami. Ia pun terjerumus dalam pemakaian narkoba. Mungkin terdengar aneh, meninggalnya seorang pembantu bisa membawa dampak yang begitu hebat pada putri kami.

Harus saya akui bahwa Bi Inah sudah seperti keluarga bagi kami. Dia telah ikut bersama kami sejak 20 tahun yang lalu, ketika Doni berumur 2 tahun. Bahkan bagi Maya dan Doni, Bi Inah sudah seperti ibu kandungnya sendiri.

Ini semua saya ketahui dari buku harian Maya, yang saya baca setelah dia meninggal. Maya begitu cemas dengan sakitnya Bi Inah. Berlembar-lembar buku hariannya berisi tentang hal itu.

Padahal ketika saya sakit (saya pernah sakit karena kelelahan dan diopname di rumah sakit selama 3 minggu), Maya hanya menulis singkat sebuah kalimat di buku hariannya: "Hari ini Mama sakit di Rumah sakit." Hanya itu saja.

Sungguh, hal ini menjadikan saya semakin terpukul. Namun saya akui, ini semua karena kesalahan saya. Saya hanya menyediakan sedikit waktu untuk Doni, Maya, dan Suami saya. Waktu saya habis di kantor. Otak saya lebih banyak berpikir tentang keadaan perusahaan daripada keadaan mereka. Saya berangkat pukul 07:00 dan baru sampai di rumah 12 jam kemudian, bahkan mungkin lebih. Ketika sudah sampai di rumah, rasanya sudah begitu lelah untuk memikirkan urusan mereka.

Memang setiap hari libur kami gunakan untuk acara keluarga, namun sepertinya itu hanya seremonial dan rutinitas saja. Ketika hari Senin tiba, saya dan suami sudah seperti "robot" yang terprogram untuk urusan kantor.

Sebenarnya ibu saya sudah berkali-kali mengingatkan saya untuk berhenti bekerja sejak Doni masuk SMA. Namun selalu saya menolak. Saya menganggap cara berpikir ibu terlalu kuno.

Memang, ibu saya memutuskan untuk berhenti bekerja dan memilih membesarkan kami, 6 orang anaknya. Padahal sebagai seorang sarjana ekonomi, karir ibu waktu itu katanya sangat baik. Sedangkan karir dan penghasilan ayah hanya biasa-biasa saja ketika itu.

Jujur, saya pernah berpikir untuk memutuskan berhenti bekerja dan fokus mengurus Doni dan Maya. Namun selalu saja muncul perasaan, bagaimana kebutuhan bisa terpenuhi kalau berhenti bekerja? Apa gunanya saya sekolah tinggi-tinggi? Meski sebenaranya, suami saya cukup mapan dalam karir dan penghasilan.

Biasanya setelah dinasehati ibu, saya menjadi lebih perhatian pada Doni dan Maya. Namun tidak lebih dari dua minggu, semuanya kembali seperti asal, urusan kantor dan karir menjadi fokus saya. Kembali saya beranggapan masih bisa membagi waktu untuk mereka. Toh teman yang lain di kantor juga bisa dan ungkapan "kualitas pertemuan dengan anak lebih penting dari kuantitas" selalu menjadi patokan saya. Sampai akhirnya semua terjadi. Itu semua di luar kendali saya. Semua berjalan begitu cepat, sebelum saya sempat tersadar.

Maya, anak yang semula begitu manis berubah menjadi pemakai Narkoba. Dan saya tidak mengetahuinya! Sebuah sindiran dan protes dari Maya selalu terngiang di telinga hingga saat ini. Waktu itu Bi Inah pernah memohon untuk berhenti bekerja dan memutuskan kembali ke desa untuk membesarkan Bagas, putra satu-satunya, setelah suaminya meninggal. Namun karena Maya dan Doni keberatan, maka akhirnya kami putuskan agar Bagas dibawa tinggal bersama kami.

Pengorbanan Bi Inah buat Bagas ini sangat dibanggakan Maya. Namun sindiran Maya tidak begitu saya perhatikan. Akhirnya semua terjadi. Setelah tiba-tiba jatuh sakit selama kurang lebih dua minggu, Bi Inah meninggal dunia di Rumah Sakit.

Dari buku harian Maya, saya juga baru tahu kenapa Doni malah pergi dari rumah ketika Bi Inah berada di Rumah Sakit. Memang Doni pernah memohon pada ayahnya agar Bi Inah dibawa ke Singapura untuk berobat, setelah dokter di sini mengatakan bahwa kanker Bi Inah sudah masuk stadium 4. Usul Doni kami tolak, hingga dia begitu marah pada kami. Dari sini saya mengetahuinya betapa berartinya Bi Inah buat mereka. Ia sudah seperti ibu kandungnya, yang menggantikan tempat saya. Seolah saya hanya bertugas melahirkan mereka saja ke dunia. Tragis!

Beberapa bulan yang lalu,kami sekeluarga ke desa Bi Inah. Atas desakan Maya, kami sekeluarga menghadiri acara pengangkatan Bagas sebagai kepala sekolah madrasah, setelah dia selesai kuliah dan belajar di pesantren. Doni pun begitu bersemangat untuk hadir di acara itu, padahal biasanya ia paling susah diajak ke acara serupa di kantor saya atau ayahnya.

Di foto "keluarga" itu tampak Bi Inah, Bagas, Doni dan Maya tersenyum bersama. Tak pernah kami lihat Maya begitu senang seperti saat itu dan seingat saya itulah foto terakhirnya.

Setelah Bi Inah meninggal, Maya begitu terguncang dan shock. Kami sempat merisaukannya dan membawanya ke psikolog ternama di Jakarta. Namun sebatas itu yang kami lakukan. Setelah itu saya kembali berkutat dengan urusan kantor.

Di halaman buku harian Maya, penyesalan dan air mata tercurah. Maya menulis:

"Ya Tuhan, kenapa Bi Inah meninggalkan Maya. Terus siapa yang bangunin Maya? Siapa yang nyiapin sarapan Maya? Siapa yang nyambut Maya kalau pulang sekolah? Siapa yang ngingetin Maya buat berdoa? Siapa tempat Maya cerita kalau lagi kesel di sekolah? Siapa yang nemenin Maya kalo nggak bisa tidur? Ya Tuhan, Maya kangen banget sama Bi Inah".

Air mata saya menetes membaca goresan pena Maya. Bukankah itu seharusnya tugas saya sebagai ibunya, bukan Bi Inah?

Sungguh hancur hati saya membaca itu semua, namun semuanya sudah terlambat, tidak mungkin bisa kembali. Seandainya semua bisa diputar ke belakang, saya rela berkorban apa saja untuk itu.

Kadang saya merenung, sepertinya ini hanya cerita sinetron di TV dan saya pemeran utamanya. Namun saya tersadar, ini realitas dan kenyataan yang terjadi.

Sungguh, saya menulis ini bukan berniat untuk menggurui siapa pun, tapi sekedar pengurang sesal saya semoga ada yang bisa mengambil pelajaran darinya. Biarkan saya yang merasakan musibah ini, karena sungguh tiada terbayang beratnya.

Saat ini saya sedang mengikuti program konseling/terapi untuk menentramkan hati saya. Berkat dorongan seorang teman, saya beranikan diri untuk menulis ini semua. Saya tidak ingin tulisan ini sebagai tempat penebus kesalahan saya, karena itu tidak mungkin! Dan bukan pula untuk memaksa anda mempercayainya, tapi inilah faktanya. Hanya, saya berharap semoga ada yang memetik manfaatnya. Dan saya berjanji untuk mengabdikan sisa umur saya untuk suami dan Doni. Dan semoga Tuhan mengampuni saya yang telah menyia-nyiakan amanah-Nya pada saya.

Dan di setiap doa yang saya lantunkan, saya selalu memohon "Ya Tuhan, seandainya Engkau akan menghukum Maya karena kesalahannya, sungguh tangguhkanlah Ya Tuhan, biar saya yang menggantikan tempatnya kelak, biarkan buah hatiku tentram di sisi-Mu.

Sumber: http://terimakasihibu.blogspot.com/2011/03/kisah-nyata-dari-seorang-wanita-karir.html